Perkembangan media sosial di Indonesia
memang tak diimbangi oleh literasi digital yang dapat menyebabkan berita palsu
alias hoax. Informasi yang menyesatkan banyak beredar melalui berbagai situs
online dan juga pesan singkat atau chatting. Kalau tidak berhati-hati maka si
pengguna dapat termakan oleh isu miring yang kebenarannya belum tentu tepat.
Bahkan tidak sedikit pula netizen yang ikut menyebarkan informasi palsu dan
dapat merugikan bagi pihak korban. Penyebaran berita hoax di media sosial ini
memang unik, karena ternyata level pendidikan seseorang tidak membuatnya kebal
terhadap hoax. Ada yang pendidikan dosen alumni perguruan tinggi luar negeri
ternama, meski dia sangat ahli dalam bidangnya, namun dia bisa termakan hoax dalam
bidang lain. Ada yang merupakan tokoh agama, sangat alim, disegani oleh
jama’ahnya, namun ada kalanya ia terjebak menyebarkan berita hoax.
Dalam upaya memberantas peredaran berita
hoax, masyarakat Indonesia melakukan deklarasi anti hoax dengan membentuk Gerakan
Bersama Anti Hoax bernama "Masyarakat Indonesia Anti Hoax" yang berlangsung
di Car Free Day pada tanggal 8 Januari 2017 di Jakarta. Acara tersebut
diharapkan bisa menarik minat masyarakat agar menggunakan media sosial secara
positif dan tidak menyebarkan berita palsu. Gerakan Masyarakat Indonesia Anti Hoax
ini juga terbentuk di kota lain. Cara kerjanya akan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah tersebut.
Sebagai masyarakat Indonesia, saya ingin
berpendapat mengenai hal ini yang tidak berujung dengan jelas karena kasus
seperti ini sudah banyak kita alami. Hanya saja belakangan ini kasus tersebut
beredar dari berbagai kalangan. Mungkin semua itu kembali ke pribadi kita
masing-masing dan seberapa mampu kita menyaring informasi tersebut dengan
cermat. Berita hoax seringkali membubuhi judul sensasional yang provokatif,
misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil
dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi
sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax. Karena itu, apabila menjumpai berita
dengan judul provokatif, sebaiknya cari referensi berupa berita serupa dari
situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.
Dengan begini, setidaknya pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih
berimbang.
Kemudian kita juga harus tau darimana
berita tersebut berasal, siapa sumbernya, apakah dari institusi resmi atau
bukan. Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat
ormas, tokoh politik atau pengamat. Perhatikan juga keberimbangan sumber
berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran
yang utuh. Hal lain yang perlu diamati yaitu perbedaan antara berita yang
dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan
kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis
berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Apabila menjumpai informasi hoax, maka
cara mencegah supaya tidak merugikan orang banyak yaitu pengguna internet bisa
melaporkan berita hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing
media. Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk
melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu.
Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian
juga dengan Instagram. Pengguna internet dapat mengadukan konten negatif ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id
untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi
sebagai database berisi referensi berita hoax.
Demikian hasil penelitian saya mengenai
berita hoax yang beredar selama ini. Saya juga berharap pendapat dan solusi
saya dalam hal ini dapat membantu sesama dalam tujuan memberantas berita palsu
atau hoax. Mari sebagai masyarakat Indonesia kita lawan bersama isu miring yang
dapat berdampak kepada negara kita tercinta. Mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan dan terima kasih.